Andreas Rio Pamungkas merupakan seorang pendidik yang telah mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Selain sebagai guru, ia juga aktif menulis narasi, esai, dan puisi dengan sentuhan reflektif dan humanis. Karya tulisnya kerap menggambarkan pergulatan batin, fenomena sosial, serta nilai-nilai kemanusiaan. Di samping itu, ia menekuni bidang jurnalistik sebagai sarana untuk menyuarakan realitas dan memperkuat literasi masyarakat Indonesia.
Bangun Narasi Sehat Untuk Gen Z dan Milenial
11 jam lalu
Narasi publik sering dibentuk layaknya cerita dongeng—indah, menghibur, namun jauh dari kenyataan. Dari mimbar agama Hingga ruang pendidikan.
***
Dalam kehidupan sosial kita hari ini, narasi dari tokoh agama, guru, bahkan pemerintah sering kali terdengar lebih mirip dongeng daripada realitas. Cerita yang dikemas manis seakan-akan menjadi kebenaran, padahal seringkali hanya ilusi yang menjauhkan masyarakat dari sikap kritis.
Filsuf Plato pernah mengingatkan lewat alegori guanya: manusia sering terjebak pada bayangan yang diyakini sebagai realitas, padahal hakikatnya hanya pantulan. Hal ini sejalan dengan kondisi masyarakat kita yang kadang lebih percaya pada "cerita besar" yang dibangun otoritas, daripada menggali fakta sebenarnya.
Ilmuwan sosial Michel Foucault menekankan bahwa narasi adalah alat kekuasaan. Dengan bahasa, penguasa bisa membentuk apa yang disebut benar dan salah di tengah masyarakat. Jika tidak disikapi dengan kritis, masyarakat bisa terjebak dalam “rezim kebenaran” yang sebenarnya tidak objektif.
Sementara itu, Karl Popper, filsuf ilmu, menegaskan bahwa kebenaran ilmiah harus selalu terbuka untuk diuji dan dipatahkan. Artinya, masyarakat perlu diberi ruang untuk bertanya, meragukan, dan menguji setiap narasi yang datang, bukan sekadar menelannya mentah-mentah.
Dari sudut pandang kebudayaan, Tan Malaka melalui bukunya Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) menekankan pentingnya akal sehat dan logika dalam membaca realitas. Ia mengkritik keras bangsa yang hanya hidup dalam "mimpi dan dongeng", tanpa mau berpikir rasional.
Oleh karena itu, membangun narasi yang sehat bukan sekadar tugas tokoh agama, guru, maupun pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat untuk terus mengasah daya kritis. Masyarakat perlu sadar bahwa setiap narasi bisa jadi hanya bungkus indah dari kepentingan tertentu.
Seperti yang dikatakan Albert Einstein: “Education is not the learning of facts, but the training of the mind to think.” Pendidikan sejati adalah mengasah cara berpikir, bukan sekadar mengulang cerita.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Bangun Narasi Sehat Untuk Gen Z dan Milenial
11 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler